English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Doughlas Purba

Kota Hijau, Kehidupan Sehat: Hak Dasar Setiap Warga

Written By Unknown on Thursday 28 March 2013 | 16:12:00


photo


Hari ini, di tengah hiruk pikuk berita buruk – mulai dari kasus korupsi dan pelanggaran HAM, hingga stagnansi perundingan iklim PBB di Doha menuju kesepakatan 2015 – saya bersuka cita membaca berita tentang rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melipatgandakan jumlah ruang terbuka hijau di ibu kota. Di bawah kepemimpinan gubernur baru Joko Widodo, kota ini akan mendedikasikan setidaknya 20 persen dari total luasan area untuk ruang hijau terbuka selama masa jabatan pertama, naik dari angka saat ini yang hanya 9,8 persen.
Menurut ketentuan nasional tahun 2007, kota-kota seharusnya mengalokasikan setidaknya 30 persen dari total luas area untuk ruang hijau terbuka. Namun, Jakarta tidak pernah mampu memenuhi persyaratan itu karena masalah pembebasan lahan warga dan preferensi pemerintahan sebelumnya yang lebih suka mengembangkan daerah terbuka menjadi zona komersial ketimbang menyediakan taman umum.
Berita ini sungguh membawa udara segar, baik secara kiasan atau pun sebenarnya. Mengapa, Anda mungkin bertanya?
Ada dua alasan utama mengapa ruang hijau penting bagi kita. Pertama, di setiap kota yang rentan dengan musim hujan seperti Jakarta, ruang hijau diperlukan untuk menyerap air selama banjir. Banjir dapat menghambat kualitas hidup. Tidak hanya kemacetan yang datang setiap kali ada banjir, tetapi ada efek domino dalam perkembangannya.
Banjir di tahun 2002 dan 2007 merendam ribuan hektar lahan, yang pada gilirannya menyebabkan kerontokan bursa saham Jakarta. Kerugian akibat kerusakan infrastruktur dan devisa negara setidaknya mencapai Rp 5,2 triliun, sementara itu sebanyak 85 orang tewas dan sekitar 350.000 warga terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
Jika dirunut, penyebab nyata untuk banjir sangat banyak dan bervariasi. Mulai dari perencanaan tata ruang perkotaan yang payah, pembuangan sampah sembarangan, deforestasi, perubahan iklim dan fakta bahwa Jakarta diperkirakan akan tenggelam (sebanyak lima meter dari tahun 1950-2025 menurut Bank Dunia), hingga melonjaknya jumlah penduduk dan berkurangnya ruang hijau semua menyebabkan terjadinya banjir. Ini adalah siklus abadi di mana setiap faktor memperburuk konsekuensi dari faktor lainnya.
Alasan kedua mengapa ruang hijau sangat krusial buat kita karena ruang hijau menyediakan tempat rekreasi bagi warga supaya rileks dan nyaman dengan irama kehidupan kota. Banyak kota-kota besar dunia memiliki taman yang tidak hanya menjadi penanda kota kebanggaan mereka, tetapi juga benar-benar meningkatkan standar hidup penduduknya.
Jadi, saya mengucapkan terima kasih, Pak Jokowi, karena menganggap ruang hijau bukan sekedar ruang terbuka yang sia-sia. Memang, seharusnya akses ke ruang hijau tidak hanya menjadi prioritas tapi perlu juga didefinisikan sebagai hak – hak bagi semua warga negara untuk mengakses lingkungan yang sehat. Terlebih lagi, perencanaan hijau berkontribusi terhadap praktik keberlanjutan. Hari bebas kendaraan dan sistem transportasi publik yang ramah lingkungan akan membantu banyak dalam meningkatkan kualitas udara bersih.
Pada hari ketika kita memperingati Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang memberikan landasan untuk membangun dunia yang adil dan damai, seyogyanya kita tidak lupa bahwa setiap manusia di planet ini tidak hanya berhak atas martabat, penghargaan, kebebasan, mereka juga berhak untuk mengakses dan menikmati ruang hijau. Hari ini adalah waktu yang tepat untuk merenung dan berjanji pada diri untuk melakukan suatu perubahan ketika dan jika hak-hak dasar kita, termasuk hak atas lingkungan yang hijau dan sehat, ditolak oleh Negara atau pihak lain.
(Gambar 1: ruang terbuka adalah oase di tengah kompleks perumahan padat penduduk: sebuah taman bermain di Apartemen Sudirman Park, Jakarta. Kredit gambar 1: Elis Nurhayati/TNC. Gambar 2: Landmark dengan pemandangan yang indah, sebuah fasilitas perkotaan yang layak menjadi kebangaan warga: Taman Bryant di Kota New York. Kredit gambar 2: Elis Nurhayati/TNC. Gambar3: Kesuksesan taman menjadi penyebab kesuksesan di lingkungan sekitarnya. Kredit gambar 3: Elis Nurhayati/TNC.)

Sumber : Nature.or.id

0 comments:

Post a Comment