SAS (Special Air Service) merupakan pasukan khusus bentukan Inggris dan dibentuk saat perang dunia ke-2 berkecamuk.
Sepak terjang SAS yang perlu diketahui adalah ketika terjun di belantara Kalimantan pada tahun 1963-1966. Menurut Craig Philip dan Alex Taylor dalam Inside The SAS (1992), keterlibatan SAS di wilayah ini adalah sebagai respon Inggris terhadap ketidaksukaan Indonesia terhadap pembentukan Federasi Malaysia (Singapura-Serawak-Sabah). Indonesia menganggap Federasi Malaysia ancaman karena merupakan bentuk upaya kolonialisme baru.
Sebagai manisfestasi ketidaksukaan Presiden Soekarno, masih menurut buku tersebut, personel berkemampuan tinggi Indonesia kemudian melakukan penyusupan ke sejumlah wilayah di Serawak. Mereka tak jarang terlibat kontak senjata dengan SAS.
Operasi bersenjata yang dilakukan orang-orang Indonesia terbilang hebat. Hal ini terbaca dari beberapa perkuatan dan perubahan bentuk yang dilakukan SAS. Lebih dari itu, SAS Inggris juga sampai perlu memanggil sesama SAS dari Australia dan Selandia Baru, serta infanteri khusus Gurkha. Operasi yang juga didukung armada helikopter AU Kerajaan Inggris ini kemudian dikenal dengan nama Operasi Claret.
Bagi SAS, pertempuran di belantara Kalimantan cukup memberi pengalaman dan pelajaran berharga. Dari Claret misalnya, kemudian muncul nama "Mad Mike" Calvert yang menurunkan berbagai tekhnik patroli hutan yang masih diadopsi SAS hingga kini. Sumber Angkasa berkisah, para penyusup tersebut sulit disebut sebagai respon tentara Indonesia (ABRI) mengingat tak pernah ada perintah resmi dari perintah Presiden Soekarno. Itu sebab penyusup lebih sering disebut sukarelawan meski sebagian diantaranya memang tentara Indonesia. Di dalamnya bahkan terlibat pasukan elit ABRI dengan salah seorang pimpinan yang kemudian menjabat Panglima ABRI di masa pemerintahan Soeharto. "Dalam sebuah upaya penyerbuan (ambush) di sebuah sungai, ia bahkan nyaris tewas diterjang peluru SAS. Dia sudah dibidik tepat. Kisah ini terbuka ketika sang Jenderal bertemu dan bercerita dengan mantan lawannya di Inggris beberapa tahun lalu," ungkap sumber Angkasa.
Konfrontasi yang kabarnya makan korban satu peleton pasukan khusus Indonesia ini kemudian menyurut sejalan dengan lengsernya Soekarno. Penggantinya Presiden Soeharto tak tertarik meneruskan konfrontasi. Operasi khusus di Kalimantan itu pun berhenti. Dalam rekapitulasi sepihak, dilaporkan SAS telah kehilangan 114 personel, sementara Indonesia 2.000 orang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment